Minggu, 23 Mei 2010

Inter Raja Eropa Musim 2010

Tittle ke 3 Inter 

Musim ini, Inter Milan layak disebut sebagai Raja Eropa. Bukan hanya karena gelar juara Liga Champions, namun juga dalam perjalanannya, Nerazzuri menaklukkan tim terbaik di liga masing-masing.
Inter dinobatkan sebagai juara Liga Champions 2009/2010 setelah mengkandaskan Bayern Muenchen 2-0 di laga final, Minggu (23/5/2010) dinihari WIB.

Dikutip dari Football-Italia, dalam perjalanannya menuju laga final dan sebelum akhirnya juara, Javier Zanetti dkk. mengkandaskan para “raja” di liga masing-masing yakni Chelsea, Barcelona, dan sebelum akhirnya Bayern.

Memang ketika menghadapi Chelsea di babak 16 besar dan Barcelona di semifinal, baik The Blues mau pun Azulgrana belum memastikan diri menjadi juara Premier League atau pun La Liga. Bahkan Inter sendiri belum keluar sebagai juara Serie A sampai pekan lalu. Namun tak dapat dipungkiri, nama-nama tersebut mewakili yang terbaik dari masing-masing liga.

“Malam ini kami tampil luar biasa dan kami pantas untuk menjadi juara setelah kami mengalahkan Barcelona dan Chelsea,” ujar striker Goran Pandev di situs resmi Inter.

Keberhasilan Inter Milan menjuarai Liga Champions musim ini juga mengangkat perolehan gelar tim Italia. Dengan 12 gelar, Italia kini berbagi tempat dengan Spanyol sebagai kolektor gelar terbanyak.

Inter dinobatkan sebagai juara Liga Champions usai mengalahkan Bayern Munich dalam laga yang digelar Minggu (23/5/2010) dinihari WIB.

Titel ini merupakan trofi ketiga yang berhasil diraih La Beneamata setelah sebelumnya mereka dapatakan di musim 1963/1964 dan 1964/1965 ketika kejuaraan masih bernama European Cup.

Dengan keberhasilan Inter, jumlah perolehan gelar Italia di kejuaraan kasta tertinggi antarklub Eropa ini menjadi 12, menyamai Spanyol. Negeri Pisa dan Negeri Matador kini berbagi tempat pertama untuk urusan raihan trofi terbanyak di European Cup/Liga Champions.

Selain Nerazzuri, trofi untuk Italia disumbangkan oleh AC Milan (tujuh gelar) dan Juventus (dua gelar).

Milito, Il Principe

Tak salah jika Inter Milan merekrut Diego Milito di musim panas kemarin. Terbukti penyerang internasional Argentina itu menjadi penentu kesuksesan besar La Beneamata musim ini. Julukan Il Principe sangat tak berlebihan bagi Milito.

Namun demikian Milito menjawab keraguan yang mungkin memang ada sejak kehadiran dia di Giuseppe Meazza. Milito menjelma jadi predator ulung di kotak penalit lawan dan boleh dibilang pemain 31 tahun itu adalah kunci sukses Inter musim ini.

Ya tiga gelar yang direbut musim ini yaitu di Seri A, Liga Champions dan Coppa Italia tak lepas dari peran Milito. Pertama adalah di final Coppa Italia melawan AS Roma, dimana Milito mencetak satu-satunya gol dalam partai tersebut.

Lalu kedua di partai ke-38 Seri A saat gol tunggal Milito bikin Inter menang 1-0 atas Siena dan menjadi juara. Terakhir dan yang paling spesial tentu dua golnya ke gawang Bayer Munich di partai final Liga Champions bikin Inter menang 2-0 dan merebut trofi ketiganya sepanjang 102 tahun sejarah klub itu.

Lebih hebatnya lagi Milito mampu tampil sebagai pencetak gol terbanyak Nerazzuri musim ini dengan 22 gol di Seri A dan enam gol di Liga Champions.  


Kesabaran Javier Zabetti

Javier Zanetti mencatatkan penampilan ke-700 bersama Inter Milan di partai final Liga Champions kontra Bayern Muenchen. Dan Zanetti mewarnainya dengan sesuatu yang sangat spesial, trofi Liga Champions.

Di umur yang sudah 36 tahun, Zanetti termasuk pemain yang paling konsisten dan senior di kubu Inter. Zanetti adalah satu-satunya pemain yang masih tersisa dari tahun pertama Massimo Moratti memimpin Nerazzuri di tahun 1995. Ketika itu Zanetti diangkut dari klub Argentina, Banfield.

Di 2010 ini Zanetti memasuki tahun ke-15nya dan sayangnya diwarnai dengan sebuah kekecewaan. Apalagi kalau bukan tak diikutsertakan dirinya dalam skuad Argentina di Piala Dunia 2010 oleh Maradona.

Jelas dengan rekor pemain dengan terbanyak di Tim Tango yaitu 116, sungguh mengherankan bila nama Zanetti tak ada di 23 pemain yang diboyong ke Afrika Selatan. Di usia senjanya, perhelatan Piala Dunia boleh dibilang adalah kesempatan terakhir meraih prestasi tertinggi di level timnas.

Namun lain di timnas lain di klub. Rasa sakit Zanetti akhirnya terhapus sudah dengan prestasi luar biasa yang dicatat Inter musim ini yaitu merebut Treble Winner, yaitu Scudetto, Coppa Italia dan Liga Champions.

Yang disebut terakhir tentunya jadi gelar paling prestisius yang pernah direbut oleh pemain berjuluk Il Tractore itu. Butuh lebih dari satu dasawarsa Zanetti harus menunggu untuk trofi Liga Champions pertama dalam karirnya dan juga pertama bagi La Benemata dalam 45 tahun terakhir.

Bagi Zanetti Inter yang dipimpin oleh Jose Mourinho saat ini adalah skuad terbaik yang pernah ia temui dan sulit rasanya jika harus menemukan momen seperti ini di musim-musim mendatang.

“Ini adalah emosi yang unik karena aku menginginkan piala ini selama 15 tahun. Usai memenangi Coppa Italia dan liga aku sangat merindukan ini, trofi terpenting,” sahut Zanetti di situs resmi UEFA.

“Sekarang aku bisa katakan aku adalah kapten dari Inter yang sangat hebat. Ini adalah periode terbaik dalam karirku, aku merasa lebih kuat dari yang kemarin. Aku pikir tidak mungkin bisa tampil lebih baik dari musim ini,” pungkas Zanetti.

Zanetti memang sangat spesial bagi ‘Tim Biru Hitam’. Selain menjadi pemain yang paling loyal dan sudah mengenakan ban kapten sejak tahun 1999, Zanetti dalam karirnya belum pernah sekalipun menerima kartu merah.

Mourinho trpophy keduan Cahampions

Keberhasilan Jose Mourinho mengantar Inter Milan jadi jawara Liga Champions musim 2009-2010 menorehkan prestasi tersendiri untuknya karena inilah trofi Liga Champions keduanya.

Untuk Mourinho sang allenatore Inter, ini menjadi capaian tersendiri untuknya. Si pria Portugal kini resmi jadi pelatih ketiga dalam sejarah yang meraih trofi Liga Champions/Piala Champions yang juara bersama dua klub berbeda.

Sebelum ini Mourinho sudah pernah mengantar FC Porto juara Liga Champions musim 2003-2004, dengan mengalahkan AS Monaco di final.

Capaian ini sebelumnya hanya pernah diraih oleh Ernst Happel (dengan Feyenoord di 1969/70 dan Hamburg di 1982/83) dan Ottmar Hitzfeld (dengan Borussia Dortmund di 1996/97 dan Bayern Munich di 2000/01).

http://www.kaskus.us/showthread.php?t=4189680

Tidak ada komentar:

Posting Komentar